Ayo berlomba
Info Pendaftaran PPDB Tahun 2015
Kamis, 18 Juni 2015
Pembinaan oleh POLRES Metro
Senin, 20 April 2015
Upacara hari senin, 20 April 2015 berbeda. Kali ini yang jadi Pembina Upacara adalah Bapak Polisi dari POLRES Metro.
Nenek Tua
Minggu, 19 April 2015
Saya persilakan beliau masuk dan duduk. Segelas air dan beberapa butir kurma saya sajikan untuk beliau.
“Ibu bawa kue apa?”
“Gemblong, getuk, bintul, gembleng, Bu.”
Saya tersenyum… “Saya nanti beli kue ibu… Tapi ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu, muka ibu sudah pucat.”
Dia mengangguk. “Kepala saya sakit, Bu.. Pusing, tapi harus cari uang. Anak saya sakit, suami saya sakit, di rumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. Makanya saya paksain jualan,” katanya sambil memegang keningnya. Air matanya mulai jatuh.
Cara Mulia Mengaku Salah
Minggu, 12 April 2015
Oleh: Muhammad Syamlan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (al-A’raf [7]: 23)
Ibnu Jarir dalam tafsirnya menerangkan bahwa ungkapan di atas merupakan jawaban Adam dan Hawa ketika dipanggil Allah selepas memakan buah dari pohon yang dilarang untuk didekati. Adam dan Hawa mengaku telah berbuat dosa. Lalu, mereka meminta ampunan dan rahmat kepada Allah. Ini benar-benar berbeda dengan sikap dan jawaban iblis terlaknat. (Tafsir Ath-Thabari)
Dengan kalimat itu maka Allah menerima tobat Adam dan Hawa (al-Baqarah [2]: 37). Adam pun menjadi terhormat. Ia diangkat oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi, diberi petunjuk, dan di akhirat masuk surga. (Thaha [20]: 122).
Banyak pelajaran yang bisa kita petik. Pertama, salah bagi manusia sesungguhnya merupakan hal biasa. Bersih dari dosa bukanlah sifat manusia. Oleh karena itu, ada ungkapan, Al-Insanu mahallulkhatha’i wannisyan (Manusia adalah tempat salah dan lupa).
Kedua, mengakui kesalahan. Memang salah merupakan sifat manusia, namun ini tak boleh menjadi pembenaran kesalahan. Misalnya dengan mengatakan, saya atau kita ini bukan malaikat. Itulah orang tua kita, Adam dan Hawa, langsung mengakui kesalahan yang telah diperbuat. Inilah sikap yang diteladankan oleh ayah dan ibu kita. Karena pada dasarnya manusia berbuat salah, bukanlah suatu kesalahan yang besar bila mau mengakui kesalahannnya. Adapun yang menjadi dosa itu besar dan sangat besar, yakni bila berbuat dosa tapi tak mengaku salah bahkan mengaku benar.
Ketiga, menyalahkan diri sendiri. Inilah sikap kedua orang tua kita yang sangat terpuji. Beliau berdua tidak menyalahkan pihak lain. Bahkan, tidak menyebut iblis sama sekali. Padahal, sangat jelas iblislah yang merayu dan membujuknya agar mau memakan buah larangan itu.
Adam sama sekali tidak mengambinghitamkan iblis dengan mengatakan ini gara-gara iblis atau konspirasi iblis. Tidak. Ayah dan Ibu kita sadar bahwa yang salah, yaitu diri sendiri. Karena sudah tahu iblis tapi mengapa diikutinya. Maka kalau iblis disebut, itu tidaklah meringankan kesalahan yang telah diperbuat, tapi justru menambah kesalahan.
Memakan buah pohon larangan merupakan kesalahan dan mengikuti iblis termasuk kesalahan lain lagi. Karena itu, sikap yang terhormat, yakni menyalahkan diri sendiri. Bagi orang yang berbuat dosa bila ingin selamat, tak perlu menuding karena ini dan itu atau karena konspirasi dll. Cukup kita ucapkan, “Ya Allah, kami telah menzalimi diri kami sendiri..”
Keempat, mohon ampun. Setelah sadar berbuat salah, mengakui kesalahan dan itu karena salah diri sendiri, langsung diiringi permohonan ampun yang sungguh-sungguh.
Dengan sikap seperti ini, bagi orang yang berbuat dosa kecil atau besar, Allah tak lagi murka. Tapi sebaliknya, Allah mencintainya. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang membersihkan diri.” (al-Baqarah [2]: 222)
Ternyata ungkapan yang mirip dengan ucapan Adam dan Hawa juga diucapkan Nabi Yunus. Hingga akhirnya beliau selamat dengan luar biasa. Di dalam perut ikan, di dalam laut, dan tengah malam yang gelap, Nabi Yunus mengucapkan, “Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Anbiya’ [21]: 83)
Bukan hanya Nabi Adam dan Yunus, melainkan Nabi Musa juga melakukan hal sama. “Musa berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.” Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Qashash [28]: 16)
Itulah sikap orang-orang hebat dan pemimpin-pemimpin sejati. Bukan mereka tidak pernah berbuat salah atau dosa, tapi bila berbuat dosa, mereka mengakui kesalahan dan segera bertobat dengan sepenuh hati.
Sosialisasi UN 2015, Wajib Diketahui!!!
Jumat, 03 April 2015
Pelatihan Kader Kesehatan Remaja
Jumat, 27 Maret 2015
Sosialisasi Adiwiyata Mandiri di Puskesmas Banjarsari
Kamis, 26 Maret 2015
Sosialisasi Adiwiyata Mandiri di Puskesmas Banjarsari didampingi oleh Bapak Yuwono DM sebagai kepala sekolah dan didamping Tim Adiwiyata Mandiri beserta koordinator POKJA masing masing.
Sosialisasi Adiwiyata Mandiri di Kecamatan Metro Utara
Rabu, 18 Maret 2015
Sosialisasi Adiwiyata Mandiri di Kecamatan Metro Utara oleh Koordinator Pokja masing masing didampingi Bp Kepala Sekolah dan Tim Adiwiyata.